Minggu, 15 Januari 2012

Solo - Kota Olahraga Indonesia

Kota Olahraga Indonesia agaknya layak diberikan bagi Kota Solo (yang juga dikenal dengan nama Surakarta), Kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah ini sukses menyelenggarakan berbagai ajang olahraga yang sekaligus menjadi tonggak perubahan dan berdampak bagi olahraga nasional, seperti halnya yang terjadi baru baru ini, kota Solo dinilai sukses menyelenggarakan Kongres Luar Biasa Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang kemudian menghasilkan kepengurusan baru menggantikan Nurdin Halid.
Sejarah peristiwa olahraga di kota Solo sendiri mungkin telah berlangsung lama, namun saya mencatat beberapa peristiwa penting di kota ini,
di era Kesultanan Surakarta, lokasi yang kini dikenal dengan Stadion Manahan, rupanya dulu merupakan lapangan yang dikhususkan untuk berlatih dan mengadakan turnamen memanah, lapangan ini kemudian beberapa kali berubah fungsi, dan kini menjadi sebuah stadion yang menjadi ikon olahraga di Solo. Kemudian di daerah Balapan, Solo, dahulunya terdapat arena pacuan kuda yang dilengkapi tribun pada masa masa K.G.P.A.A. Mangkunegara IV, dengan kandang kandang kuda yang juga banyak terdapat di daerah  Kestalan dan Setabelan. Bahkan di kompleks keraton Surakarta, lapangan alun alun ketika malam hari dahulu kerap kali difungsikan sebagai sarana permainan sepakbola dan kawasan sosial bagi masyarakat kota Solo.
Kemudian pada tahun 1932 Sri Susuhunan Paku Buwono X berinisiatif untuk membangun sebuah stadion untuk kegiatan olahraga kerabat Karaton dan kalangan pribumi. Stadion ini merupakan stadion pertama yang dibangun oleh bangsa Indonesia. Sedangkan stadion-stadion lain saat itu dibangun oleh orang Belanda. Orang nomor satu yang terkenal sangat menaruh perhatian terhadap sepakbola ini memberikan lokasi di Kebun Suwung (Kelurahan Sriwedari). Stadion yang berbentuk oval dan dilengkapi dengan trek untuk bermain atletik dan lampu sorot di setiap sudut ini selesai pada tahun 1933. Stadion yang diberinama Stadion Sriwedari ini kemudian menjadi kandang klub sepakbola Persis Solo yang pada awal berdirinya pada tahun 1923 masih bernama Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB)
Pada masa revolusi kemerdekaan, kota Solo juga menyelenggarakan tonggak peristiwa olah raga terpenting di Indonesia, pada tanggal 9 September 1948, kota Solo dipercaya untuk menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) I oleh Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI), pada saat itu Solo telah memenuhi semua persyaratan pokok dengan adanya Stadion Sriwedari yang dilengkapi dengan kolam renang. Pada saat itu Stadion Sriwedari termasuk kota dengan fasilitas olahraga yang terbaik di Indonesia. Selain itu seluruh pengurus besar PORI berkedudukan di Solo sehingga hal inilah yang menjadi bahan-bahan pertimbangan bagi konferensi untuk menetapkan Kota Solo sebagai kota penyelenggara Pekan Olahraga Nasional Pertama. Peristiwa ini juga membuktikan kepada Internasional kalau Indonesia mampu melaksanakan event olahraga berskala nasional disaat Indonesia masih dalam kondisi terjajah dan diambang perpecahan sebagai akibat adanya Pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948.Sebagai catatan, PON I ini diikuti oleh lebih dari 600 atlet dengan mempertandingkan 9 cabang olahraga, dan kemudian hari pembukaan PON I ini dijadikan sebagai Hari Olahraga Nasional.
Stadion Manahan - Solo
Di era modern, Kota Solo juga menyelenggarakan beberapa event pertandingan nasional dan Internasional, pada tahun 1989, disponsori oleh Yayasan Ibu Tien Soeharto, dibangunlah Stadion Manahan dan Komplek Olahraga Sasana Krida Kusuma yang baru selesai pembangunannya dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1998, Stadion standar Internasional yang berkapasitas 35.000 orang ini kemudian digunakan oleh Klub Arseto Solo dan Solo FC, kota Solo juga sering dijadikan Home Ground bagi Tim Nasional Sepakbola Indonesia untuk berlatih dan melakukan pertandingan uji coba dengan Tim Lokal maupun Internasional. Selain itu kota Solo juga memiliki satu-satunya klub basket profesional di Jawa Tengah, yaitu Bhinneka Solo yang bermarkas di GOR Bhinneka, yang kini berganti nama menjadi Stadion Sritex.
Perkembangan terakhir, Kota Solo Pada tanggal  di Solo juga menyelenggarakan pembukaan Liga Premier Indonesia (LPI) yang dianggap sebagai Liga tandingan dari Liga Sepakbola Profesional yang diadakan oleh PSSI mengadakan Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia pada tanggal 9 Juli 2011yang menghasilkan keputusan untuk mengganti ketua dan pengurus PSSI yang baru untuk menggantikan Nurdin Halid dan pengurus yang lama. Dalam kongres ini Djohar Arifin Husein dan Farid Rahman akhirnya menjadi Ketua Umum dan Wakil Ketua PSSI periode 2011-2015.
Melihat perkembangan dan sejarah Kota Solo sebagai barometer perkembangan olahraga nasional, memang layak agaknya jika Kota Solo dinobatkan oleh pemerintah sebagai Kota Olahraga Indonesia sehingga diharapkan dapat berdampak positif bagi perkembangan keolahragaan di Indonesia.

 

3 komentar:

INDAHNYA BERBAGI ILMU mengatakan...

mampir gan..

Auditomo Mawarto P mengatakan...

Selalu gan, kalo pas mudik.. wkwkwk

Unknown mengatakan...

semoga bisa memberikan dampak positif buat atlet2 solo
kunjungi link ane ya : http://www.campaign.com/Singapore7s/1